November 15, 2007

Client adalah Partner

Client atau customer atau pembeli adalah raja. jargon itu sampai sekarang masih banyak yang menganutnya. apa pun yang diinginkan client, penjual harus memenuhinya. itu kalau penjualnya bisa. klo gak bisa gimana hayo? nah makanya sekarang jargon tersebut mulai mengalami pergeseran. yang tadinya client adalah raja, sekarang client adalah partner. jadi, dalam memenuhi kebutuhan client, ada kompromi-kompromi yang dilakukan oleh ke dua belah pihak.
dalam beberpa project yang pernah saya kerjakan, saya menemui berbagai jenis client. ada client yang "nurut", ada client yang tahu apa kebutuhannya dan tahu bagaimana kebutuhan itu bisa dipenuhi, dan ada juga client yang tahu kebutuhannya, tapi tidak tahu bagaimana kebutuhan itu dipenuhi. dan masih ada beberapa jenis client yang lain. untuk jenis client yang tahu kebutuhan tapi tidak tahu bagaimana cara memenuhinya, biasanya ditawarkan untuk dilakukan evaluasi terhadap bisnis proses yang berjalan di sana. namun ada juga client yang ngotot, sesuaikan aja dengan teori yang ada atau buat aja sistem yang ideal. padahal, untuk menerapkan sebuah system berbasis komputer, butuh persiapan yang tergantung dari bidang yang client geluti. setidaknya perlu dilakukan komparasi antara kebutuhan system yang ideal dengan ketersediaan resource pada client. apabila ternyata resource nya memang kurang, maka perlu dilakukan kompromi, misalnya dengan penerapan system secara bertahap pada bidang2x yang resource nya sudah siap. dengan demikian, dari segi biaya dan operasional client tidak merasa terbebani. dari sisi pengembang, bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat.
maka dari itu, para "penjual" perlu melakukan sosialisasi terhadap konsep ini, agar kedua belah pihak tidak merasa dirugikan. setiap instansi adalah unik. walaupun bergerak dalam bidang yang sama, pasti ada prosedur, aturan bahkan budaya yang berbeda apa bila dibandingkan dengan instansi lain. penjual perlu tahu hal itu, agar dalam mengembangkan system, bisa "click" dengan yang pembeli mau. apa bila ada kekurangan, kedua belah pihak bisa saling memberikan masukan.
bagaimana menurut pendapat anda?


Powered by ScribeFire.

1 comment:

Anonymous said...

Ingat nggak, saya pernah berusaha mempresentasikan development life cycle ke prolink, tapi malah disuruh turun karena bikin ngantuk atau presentasi saya aja yg kurang menarik... :)

Pengembang software memang perlu memikirkan risiko dan ruang lingkup proyek. Tetapi hal ini sulit bagi programmer yang sedang membutuhkan pekerjaan (sulit menolak pekerjaan) sehingga tidak sempat berpikir panjang mengenai risiko dan ruang lingkup pekerjaan.

Mari belajar berkata: "Tidak!". Asal pada tempat dan waktu yang tepat.